Judul: Di Tanah Lada
Penulis: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 254
Waktu pertama baca nama Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie aku agak kaget, dong. Yg ada di pikiranku, "Namanya susah betul. Dan unik. Mungkin tulisannya juga sama uniknya." Akhirnya pas langganan Gramedia Digital, coba search nama Ziggy, dan hasilnya ada 1 novelnya yg bisa diunduh dan dibaca, judulnya Di Tanah Lada.
Dan ternyata betul, gaya tulisannya Ziggy ini memang cukup unik.
Ava, si tokoh utama adalah seorang gadis cilik yg unik. Ke mana-mana dia selalu membawa kamus hadiah dari kakeknya, yaitu Kakek Kia. Usianya 6 tahun, dan kalau bicara atau berpikir suka meracau. Mulai dari mana, ke mana, berujung di mana. Persis aku (Lol).
Di awal cerita, Ava ini terlalu banyak membahas kosakata dan artinya sesuai dengan yg tertera di kamus. Tiap ada kata baru, dia selalu berusaha mengartikan, dan seterusnya. Cerita baru mulai 'bergerak' ketika keluarga Ava ini pindah ke Rusun Nero, lalu Ava ketemu dengan P.
Yg tadinya kukira bakal membosankan, ternyata lumayan bikin penasaran gimana kelanjutannya.
Cuma, aku merasa untuk anak-anak seusia Ava dan P ini —P anak laki-laki umur 10 tahun, yg mereka lakukan terlalu berani dan nggak terbayangkan buatku. Tapi apa sih yg mustahil terjadi di dunia nyata ini? Bisa jadi di luaran sana memang banyak anak-anak dg keberanian seperti mereka. Eh, atau lebih kepada belum bisa mengukur risiko, yak?
Btw, baca novel ini juga bikin aku seperti diingatkan untuk selalu menyayangi anak-anak. Tentu saja bukan cuma anak-anakku, tapi juga anak-anak secara umum.
Tentang anggapan Ava dan P kalau yg namanya papa selalu jahat, sampai si P bilang, "Aku nggak mau jadi papa karena aku nggak mau jadi orang jahat." Ini mengingatkan aku pada obrolan anakku dan temannya. Waktu itu mereka masih SD kelas 3 atau 4. Mereka berdua ngobrol tentang....
"Mamamu galak dan suka nyuruh ini itu nggak? Mamaku gitu, lho."
"Iya bener, mamaku juga gitu. Mamanya si anu juga kayaknya gitu, deh.
"Dan mamanya si itu juga."
Dan hasilnya, mereka berdua sepakat bahwa mama-mama itu pasti orangnya galak dan suka nyuruh ini-itu. Nyuruh mandi, nyuruh ngerjain PR, nyuruh pulang pas lagi asyik main, nyuruh beresin tempat tidur, dsb. Wkwk.
Kembali ke novel Ziggy Zezsya... —kayaknya kalau nulis nama belakangnya mending aku copy paste aja, deh.
Endingnya nggak terduga, sih. Plot twist kalau kata orang. Sedih kalau menurutku.
Tapi, aku lalu jadi kepikiran, sebenarnya cerita yg happy ending itu yg happy tokohnya apa pembacanya, sih? Karena novel Di Tanah Lada ini buatku endingnya sedih, tapi kan tokohnya —mungkin— merasa bahagia. So....
Terus buat aku yg agak parnoan dan seringkali suka curigaan, ketika tokoh Kak Suri muncul pertama kali, disusul tokoh Mas Alri, aku langsung kepikiran dan menduga-duga aja, tuh, siapa mereka. Alhamdulillah dugaanku benar, jadi nggak kaget-kaget amat pas tahu mereka itu siapa.
Satu yg agak mengganggu bagiku —orang dg rasa kepo agak over, yaitu bagaimana reaksi orang-orang dekatnya Ava dan P setelah tahu apa yg dilakukan dua bocah itu?
Sayangnya cerita berakhir pada keputusan kedua bocah itu saja. Sedangkan keingintahuanku tentang kejadian-kejadian yg terjadi berikutnya ya cukup jadi "Derita elo, Pit!"
Tabik,
Fitrie Amaliya